Prasasti Peninggalan Kerajaan Tarumanegara – Sebelumnya saya telah mengulas panjang lebar mengenai Peninggalan Kerajaan Majapahit dan Sriwijaya. Oleh karena itu, kali ini kita beralih ke kerajaan berikutnya, yakni Prasasti Peninggalan Kerajaan Tarumanegara.
Tarumanegara adalah sebuah kerajaan bercorak Hindu-Budha yang pernah berkuasa di Pulau Jawa, tepatnya di Sundapura (dekat Tugu dan Bekasi). Berdiri sejak tahun 358 Masehi dan runtuh akibat serbuan Kerajaan Sriwijaya pada tahun 650 Masehi.
Tarumanegara merupakan Kerajaan Tertua kedua di Indonesia (No.1 Kerajaan Kutai). Tarumanagara berasal dari kata “Tarum” yang berarti Sungai, sekarang kita kenal dengan nama Sungai Citarum, dan “Negara” yang tentunya Kerajaan / Kelompok / Negara.
Menurut peninggalan yang sudah diteliti, kerajaan ini sudah ada sejak abat ke-4, dan merupakan kerajaan Hindu yang beraliran Wisnu, dengan bahasa sehari-hari yakni Sunda dan Sansekerta, serta menggunakan sistem pemerintahan Monarki.
Meskipun usia kerajaan ini sudah sangat tua, namun tetap banyak bukti dan peninggalan sejarah yang bisa dijadikan sumber maupun bahan penelitian, untuk menggali lebih dalam mengenai kerajaan ini.
Buktinya, terdapat beberapa Prasasti Peninggalan Kerajaan Tarumanegara yang masih bisa diambil arti dan makna yang ditinggalkan oleh si-pembuat prasasti tersebut, meskipun sudah berlalu lebih dari 15 abat silam.
Nah, dibawah ini ialah informasi mengenai beberapa Prasasti Peninggalan Kerajaan Tarumanegara yang terkenal, dilengkapi bentuk fisik dan sekaligus sebagai bukti bahwa Kerajaan Tarumanegara pernah berkuasa di Nusantara pada masa lalu. Check this out!
1. Prasasti Ciaruteun
Peninggalan Tarumanagara berupa prasasti yang pertama bernama Ciaruteun, sesuai dengan lokasi penemuannya yakni di tepi sungai Ciaruteun, bertempat tidak jauh dari sungai Cisadane, tapatnya Ciaruteun Ilir, kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor.
Prasasti Ciaruteun dikeluarkan pada masa Pemerintahan Raja Purnawarman. Jika dilihat dari bentuknya, Raja Purnawarman ingin menyerukan ke seluruh dunia bahwa dia adalah seorang raja yang berani dan gagah perkasa.
Hal ini terlihat dari Cap Telapak kaki yang terukir si permukaan prasasti, serta isinya yang kurang lebih berbunyi seperti ini :
“Inilah sepasang telapak kaki yang seperti kaki Dewa Wisnu ialah telapak yang mulia sang Purnawarman, raja di negeri Taruma, raja yang gagah berani di dunia.”.
Selain cap telapak kaki dan tulisan, di permukaan prasasti juga terdapat lukisan laba-laba. Prasasti ini memiliki empat baris aksara Pallawa, yang kemudian disusun dalam bahasa Sanskerta dan ditulis dalam bentuk puisi India dengan Irama Anustubh.
2. Prasasti Tugu
Yang kedua bernama Tugu. Siapa yang tidak kenal dengan prasasti ini? Didalamya terdapat sebuah cerita yang melegenda dan menjadi bukti sejarah kekuasaan kerajaan Tarumanegara di masa lalu.
Prasasti Tugu ditemukan di Kampung Batu Tumbuh, desa Tugu, yang saat ini telah menjadi bagian dari wilayah kelurahan Tugu selatan, kecamatan Koja, Jakarta Utara.
Isi Prasasti Tugu terkenal dengan cerita tentang Penggalian sungai Candrabaga yang dilakukan Raja dirajaguru, serta penggalian sungai Gomati oleh Purnawarman, dengan panjang 11 km atau 6112 tombak, dan dikerjakan selama 21 hari. Kemudian sang Raja memberikan hadiah 1.000 ekor Sapi.
Tujuan penggalian ini bukan hanya sekadar sebagai jalur aliran air saja, tapi juga untuk menghindari kemungkinan terjadinya bencana alam seperti Banjir, kekurangan air bersih hingga antisipasi musim kemarau panjang, yang bisa menyebabkan kekeringan.
3. Prasasti Muara Cianten
Prasasti Peninggalan Kerajaan Tarumanegara yang satu ini ditemukan pada tahun 1864, nama penemunya adalah N.W. Hoepermans, sedangkan lokasi penemuannya yakni di Pasir Muara Persawahan, yang letaknya di tepi sungai Cisadane, berdekatan dengan Muara Cianten.
Isi Prasasti Muara Cianten bercerita tentang pengembalian kekuasaan ke Kerajaan Sunda pada tahun 854 Masehi. Selain itu, prasasti ini juga bercerita mengenai gambaran kehidupan rakyat kerajaan pada masa itu.
4. Prasasti Cidanghiyang
Peninggalan Kerajaan Tarumanegara berikutnya ini pertama kali dilaporkan penemuannya ke Dinas Purbakala pada tahun 1947, atas nama penemunya yakni Toebagus Roesjan, namun baru diteliti pada tahun 1954.
Lokasi penemuan Prasasti Ciranghiyang ini berada di tepi sungai Cidanghiyang, yaitu di desa Lebak, Kecamatan Munjul. Berbeda dengan situs peninggalan yang lain, prasasti ini berisi barisan puisi. Berisi huruf Pallawa yang dibuat dengan menggunakan bahasa Sansekerta.
Isi Prasasti Ciranghiyang ini bercerita tenga Pemujaan atau Pengagungan atas keperkasaan dan kehebatan raja yang memimpin Tarumanegara kala itu, yakni Raja Purnawarman, dibentuk atau dipahatkan pada batu dengan bentuk alami dengan ukuran 3 x 2 x 2 meter.
5. Prasasti Jambu
Sering juga disebut dengan nama Kolengkak, prasasti ini ditemukan di Perkebunan Jambu, Pasir Sikolengkak, yakni di wilayah Kampung Pasir Gintung, Desa Parakanmuncang, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor.
Ditemukan pertama kali pada tahun 1854 oleh Yoolion Herdika Sava dan Tryan Martin, kemudian dilaporkan ke Pihak Dinas Purbakala tahun 1957 dan baru diteliti pada tahun 1954.
Isi prasasti Jambu terdiri dari dua baris Aksara Pallawa yang disusun dalam Seloka Bahasa Sangskerta dengan bentuk metrum Sragdhara. Selain itu, juga terdapat Pahatan sepasang telapak kaki. Prasasti ini bercerita mengenai Raja Purnawarman.
Bunyinya adalah sebagai berikut :
siman=data krtajnyo narapatir=asamo yah pura tarumayam/ nama sri purnnavarmma pracura ri pusara bhedya bikhyatavarmmo/tasyedam= pada vimbadvayam= arinagarot sadane nityadaksam/ bhaktanam yandripanam= bhavati sukhakaram salyabhutam ripunam//
Terjemahan :
“Gagah, mengagumkan dan jujur terhadap tugasnya adalah pemimpin manusia yang tiada taranya yang termashyur Sri Purnawarman yang sekali waktu (memerintah) di Taruma dan yang baju zirahnya yang terkenal tidak dapat ditembus senjata musuh. Ini adalah sepasang tapak kakinya yang senantiasa menggempur kota-kota musuh, hormat kepada para pangeran, tetapi merupakan duri dalam daging bagi musuh-musuhnya.”
6. Prasasti Kebon Kopi I
Prasasti Peninggalan Kerajaan Tarumanegara berikutnya bernama Kebon Kopi I, terletak di Kampung Muara, Desa Ciaruteun Ilir. Pertama kali ditemukan yakni pada abat ke 19, saat dilakukan penebangan hutan untuk perkebunan kopi, itulah mengapa namanya diangkat berdasarkan lokasi penemuan.
Prasasti ini berbentuk cetakan dua telapak kaki gajah, yang konon merupakan tunggangan Raja Purnawarman pada saat itu. Prasasti ini ditulis dengan aksara Pallawa dan bahasa Sanskerta, yang disusun ke dalam bentuk seloka metrum Anustubh, serta diapit sepasang pahatan gambar telapak kaki gajah.
Isi tulisan dalam Prasasti Kebon Kopi I berbunyi :
~ ~ jayavisalasya Tarumendrasya hastinah ~ ~Airwavatabhasya vibhatidam ~ padadvayam
Dengan terjemahan:
“Di sini tampak tergambar sepasang telapak kaki …yang seperti Airawata, gajah penguasa Taruma yang agung dalam….dan (?) kejayaan”.
Dari teks tersebut, bisa kita simpulkan bahwa Gajah merupakan hewan yang punya pengaruh cukup besar bagi peradaban Tarumanagara pada masa lalu, baik itu sebagai tunggangan, maupun hewan yang disayangi alias dijaga keberadaannya.
7. Prasasti Kebon Kopi II
Prasasti ini ditemukan tidak jauh dari penemuan situs Kebon Kopi I, angka yang tertera yakni tahun 854 Saka (932 M). Pakar F.D.K. Bosch adalah orang yang mempelajari serta meneliti prasasti ini.
Dia menyebutkan bahwa bahasa yang digunakan adalah Bahasa Melayu Kuno. Isi Prasasti Kebon Kopi II bercerita tentang seorang Raja Sunda yang berhasil menduduki kembali tahtanya yang sempat lengser.
Sayangnya, Prasasti ini telah dicuri sekitar tahun 1940-an. Hingga kini, keberadaannya masih belum bisa dipastikan. Meski begitu, setidaknya kita sudah tahu apa makna yang tersirat didalamya, meskipun tidak bisa melihatnya lagi.
8. Prasasti Pasir Awi
Prasasti Peninggalan Kerajaan Tarumanegara yang terakhir adalah Prasasti Pasir Awi. Pertama kali ditemukan pada tahun 1864 oleh N.W. Hoepermans, di lereng Selatan bukit pasir Awi dengan ketinggian kurang lebih 559 mdpl, yakni kawasan hutan perbukitan Cipamingkis.
Di dalam Prasasti Pasir Awi, kita bisa melihat beberapa pahatan, mulai dari buah-buahan, ranting dahan, dedaunan hingga sepasang telapak kaki yang diukir pada batu alam.
Berkaca pada prasasti-prasasti sebelumnya, pahatan tapak kaki tersebut dianggap sebagai tapak kaki milik Sri Purnawarman, raja dari Kerajaan Tarumanegara, yang berjaya pada abad ke-4 hingga abad ke-7 Masehi.
Silsilah dan Nama-nama Raja dari Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Tarumanegara terkenal dengan nama-nama yang keseluruhan berakhiran “Man”. Bisa jadi karena pada masa itu mayoritas nama memang memakai kata “Man”, mungkin di awal nama ataupun di ujung.
Dibawah ini adalah Daftar Nama Raja Kerajaan Tarumanegara, secara berurutan beserta tahunnya :
– Jayasingawarman (358 – 382)
– Dharmayawarman (382 – 395)
– Purnawarman (395 – 434)
– Wisnuwarman (434-455)
– Indrawarman (455-515)
– Candrawarman (515-535)
– Suryawarman (535 – 561)
– Sudhawarman (628-639)
– Hariwangsawarman (639-640)
– Nagajayawarman (640-666)
– Linggawarman (666-669)
– Kertawaman (561 – 628).
__________
Demikianlah, 8 Prasasti Peninggalan Kerajaan Tarumanegara yang sangat terkenal dan punya seribu kisah didalamnya, mengenai kekuasaan dan keperkasaan kerajaan Tarumanegara di masa lampau.
Semoga bisa menambah wawasan saya dan anda, dalam memahami peninggalan-peninggalan kerajaan Hindu-Budha di Indonesia.
Baca juga Artikel Terkait :