Prasasti Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno – Cukup banyak kerajaan bercorak Hindu-Budha yang pernah berdiri gagah dipenjuru Indonesia pada masa lalu. Salah satu contoh bernama Medang, atau yang sering kita sebut sebagai Kerajaan Mataram Kuno.
Kerajaan Mataram Kuno adalah kerajaan yang pernah berkuasa di abad ke-8, beralamat pusat di Jawa Tengah, kemudian pindah ke Jawa Timur pada abad ke-10 Masehi, di dekat Jombang, kemudian pindah ke Wwatan dekat Madiun.
Bahasa resmi Kerajaan Mataram Kuno adalah Jawa Kuno dan Sansekerta, menganut kebudayaan Kejawen, Hindu, Budha dan Animisme, serta menjalankan bentuk pemerintahan Monarki. Raja yang terkenal bernama Sri Sanjaya dan Dharmawangsa Teguh.
Cukup banyak Prasasti Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno yang tersebar di berbagai tempat. Selain itu juga terdapat beberapa jenis peninggalan lain seperti Candi dan Arca.
Untuk itu, dibawah ini akan saya uraikan mengenai Prasasti Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno beserta Gambar dan Penjelasan dibawah ini. Silakan disimak sampai selesai.
1. Prasasti Canggal
Prasasti ini ditemukan di Gunung Wukir, Desa Canggal, dan bertuliskan tahun 732 Masehi. Benbentuk Candra Sangkala. Prasasti ini ditulis pada stela batu ini menggunakan aksara Pallawa dengan menggunakan bahasa Sanskerta.
Isi Prasasti Canggal menceritakan tentang berdirinya Lingga atau Lambang Siwa di desa Kunjarakunja oleh Sanjaya. Terdapat 12 Bait isi dari Prasasti ini, kurang lebih adalah sebagai berikut :
- Bait 1 : Pembangunan lingga oleh Raja Sanjaya di atas gunung
- Bait 2-6 : Pujaan terhadap Dewa Siwa, Dewa Brahma, dan Dewa Wisnu
- Bait 7 : Pulau Jawa yang sangat makmur, kaya akan tambang emas dan banyak menghasilkan padi. Di pulau itu didirikan candi Siwa demi kebahagiaan penduduk dengan bantuan dari penduduk Kunjarakunjadesa
- Bait 8-9 : Pulau Jawa yang dahulu diperintah oleh raja Sanna, yang sangat bijaksana, adil dalam tindakannya, perwira dalam peperangan, bermurah hati kepada rakyatnya. Ketika wafat Negara berkabung, sedih kehilangan pelindung
- Bait 10-11 : Pengganti raja Sanna yaitu putranya bernama Sanjaya yang diibaratkan dengan matahari. Kekuasaan tidak langsung diserahkan kepadanya oleh raja Sanna tetapi melalui kakak perempuannya (Sannaha)
- Bait 12 : Kesejahteraan, keamanan, dan ketentraman Negara. Rakyat dapat tidur di tengah jalan, tidak usah takut akan pencuri dan penyamun atau akan terjadinya kejahatan lainnya. Rakyat hidup serba senang.
Yang dimaksud dengan Kunjarakunja-desa adalah “Tanah dari Pertapaan Kunjara, yang diartikan sebagai lokasi pertapaan Resi Agastya, yaitu seorang Maharesi agama Hindu yang diagungkan di India Selatan.
2. Prasasti Kalasan
Prasasti Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno selanjutnya bernama Kalasan, ditemukan di Yogyakarta tepatnya di desa Kalasan. Ditulis menggunakan Bahasa Sanskerta dan huruf Pranagari dari India Selatan, dan bertuliskan tahun 778 Masehi.
Isi Prasasti Kalasan bercerita mengenai Raja Syailendra yang membujuk Rakai Panangkaran untuk mendirikan bangunan suci, dan akan dipersembahkan bagi Dewi Tara. Dimana bangunan suci ini akan dijadikan Vihara bagi para pendeta Budha pada masa itu.
Prasasti Kalasan cukup terkenal dan punya nilai sejarah yang tinggi. Bagi anda yang mau mengunjungi dan melihat langsung, Prasasti ini kini disimpan dengan No. D.147 di Museum Nasional, Jakarta.
3. Prasasti Sojomerto
Prasasti Kerajaan Mataram Kuno selanjutnya adalah Sojomerto, ditemukan di desa Sojomerto kabupaten Batang, Jawa Tengah. Karena tidak adanya penjelasan mengenai tahun pengeluaran, pakar Paleograf memprediksikan berasal dari abad ke-7 hingga awal abad ke-8.
Prasasti Sojomerto ditulis dalam bahasa Melayu Kuno dan beraksara Kawi. Berisi mengenai Keagaan Siwais, dengan tokoh utama dari keluarga tersebut bernama Dapunta Selendra yakni Santanu, ibunya bernama Bhadrawati, sedangkan istrinya bernama Sampula.
Isi Prasasti Sojomerto bercerita tentang Syailendra, dimana dia merupakan penganut dari agama Budha. Sedangkan Teks yang tertulis di Prasasti tersebut sebagai berikut :
- … – ryayon çrî sata …
- … _ â kotî
- … namah ççîvaya
- bhatâra parameçva
- ra sarvva daiva ku samvah hiya
- – mih inan –is-ânda dapû
- nta selendra namah santanû
- namânda bâpanda bhadravati
- namanda ayanda sampûla
- namanda vininda selendra namah
- mamâgappâsar lempewângih
Dengan penafsiran terjemahan yang terbaca yaitu :
“Sembah kepada Siwa Bhatara Paramecwara dan semua dewa-dewa… dari yang mulia Dapunta SelendraSantanu adalah nama bapaknya, Bhadrawati adalah nama ibunya, Sampula adalah nama bininya dari yang mulia Selendra.”.
4. Prasasti Kelurak
Selanjutnya bernama Kelurak, sebuah Prasasti yang ditemukan di dekat Candi Lumbung, Desa Kelurak, di sebelah utara Kompleks Percandian Prambanan, Jawa Tengah dan bertuliskan tahun 782 Masehi.
Hampir keseluruhan permukaan dari Prasasti ini sudah terkikis (Aus), sehingga sulit untuk diterjemahkan teks nya.
Namun secara garis besar, isi Prasasti Kelurak bercerita tentang pendirian bangunan suci Raja Indra yang bergelar Sri Sanggramadhananjaya. Bangunan ini dipersembahkan untuk Arca Manjusri.
Banyak para ahli yang berpendapat bahwa, bangunan tersebut adalah yang saat ini kita kenal sebagai Candi Sewu, yang letaknya tidak jauh dari penemuan prasasti ini sendiri, yakni sekitaran kompleks Percandian Prambanan.
Disarankan : Pengertian Penelitian Kuantitatif
Prasasti ini ditulis menggunakan Aksara Pranagari dalam bahada Sanskerta. Jika kamu berminat mengunjunginya, sekarang peninggalan ini disimpan di Museum Nasional Jakarta, dengan No. D.44.
5. Prasasti Ratu Boko
Prasasti Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno yang berikutnya bernama Ratu Boko. Prasasti ini bercerita tentang kekalahan Balaputra Dea dalam perang melawan kakaknya yaitu Rakai Pikatan, atau Pramodhawardani saat perebutan kekuasaan.
6. Prasasti Mantyasih
Ditemukan di Mantyasih Kedu, Jawa tengah dan bertuliskan tahun 907 Masehi. Isi Prasasti Mantyasih bercerita tentang silsilah dari Raja-raja kerajaan Mataram Kuno yang mendahului Bality.
Antara lain adalah Yaitu Raja Sanjaya, Rakai Panangkaran, Rakai Warak, Rakai Panunggalan, Rakai Garung, Rakai Watuhmalang, Rakai Pikatan, Rakai Kayuwangi dan Rakai Watukara Dyah Balitung.
Baca juga : Pengertian Animisme dan Dinamisme
Tak hanya itu, prasasti Mantyasih juga menjelaskan bahwa desa Mantyasih telah ditetapkan sebagai daerah yang bebas pajak oleh Balitung. Di desa ini juga terdapat sebuah lumpang batu yang dipercayai sebagai tempat untuk melakukan upacara penetapan Sima atau desa Perdikan.
7. Prasasti Tri Tepusan
Prasasti ini bertuliskan tahun 842 Masehi, dimana pada tahun tersebut Sri Kahulunnan memberikan tanah miliknya yang ada di Desa Tri Tepusan untuk dijadikan sebagai lahan pembangunan tempat suci Kamulan I Bhumisambhara.
Para pakar sejarah menganggap bahwa Kamulan I Bhumisambhara adalah nama Candi Borobudur pada zaman dahulu. Prasasti ini tersimpan di dalam museum Candi Borobudur.
8. Prasasti Wanua Tengah III
Prasasti peninggalan sejarah Kerajaan Mataram Kuno berikutnya bernama Wanua Tengah III. Lokasi penemuannya adalah Ladang Dukuh Kedunglo, Desa Gandulan, Kaloran, pada bulan November 1983 silam.
Isi Prasasti Wanua Tengah III bercerita tentang penulisan 12 nama-nama raja yang pernah memimpin tanah Mataram sebelum masa raja Rake Watukara Dyah Balitung.
Prasasti ini dianggap sangat penting karena menuliskan dengan jelas tentang 12 Raja tersebut, sekaligus melengkapi daftar nama yang tertera pada Prasasti Mantyasih, yang hanya menyebutkan 9 nama raja saja.
9. Prasasti Rukam
Prasasti Rukam ditemukan di desa Petarongan, kecamatan Parakan, Temanggung, Jawa Tengah pada tahun 1975, serta bertuliskan tahun 907 Masehi. Prasasti ini berisi 2 lempeng tembaga yang bentuknya persegi panjang.
Isi Prasasti ini menjelaskan mengenai peresmian Desa Rukam oleh Nini Haji Rakryan Sanjiwana, yang sebelumnya sempat dilanda bencana letusan gunung berapi. Setelah diresmikan, seluruh penduduk Rukam diwajibkan untuk memelihara setiap bangunan-bangunan suci di Limwung.
10. Prasasti Plumpungan
Prasasti Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno selanjutnya ini ditemukan di desa Plumpungan, dan bertuliskan tahun 750 Masehi, yang sekaligus diyakini sebagai asal-muasal Kota Salatiga.
Baca juga : Prasasti Peninggalan Kerajaan Kutai
Isi Prasasti Plumpungan menjelaskan tentang ketetapan hukum mengenai penetapan status tanah perdikan atau swantantra untuk Desa Hampra. Ketetapan ini dianggap sangat penting, mengingat desa yang dulunya bebas pajak (Hampra) adalah daerah Salatiga saat ini.
11. Prasasti Siwargrha
Prasasti peninggalan Mataram Kuno selanjutnya adalah Siwargrha, dikeluarkan oleh Dyah Lokapala atau Rakai Kayuwangi, tidak lama setelah kepemerintahan Rakai Pikatan berakhir, di badan prasasti juga bertuliskan tahun 856 Masehi.
Bertuliskan chandrasengkala ”Wwalung gunung sang wiku”, isi prasasti Siwargrha bercerita tentang penjelasan mengenai kelompok-kelompok candi yang dipersembahkan bagi dewa Siwa, dikenal dengan nama Shivagrha (Sanskerta: rumah Siwa), yang dimana ciri-cirinya sangat cocok dengan kelompok candi Prambanan.
12. Prasasti Gondosuli
Selanjutnya bernama Gondosuli, sebuah prasasti yang ditemukan di dalam bekas reruntuhan Candi Gondosuli, di Desa Gondosuli, Kecamatan Bulu, Temanggung, Jawa Tengah.
Menurut sejarah yang beredar, prasasti Gondosuli dikeluarkan oleh seorang pengarang bernama Rakai Rakarayan Patapan Pu Palar, sekaligus sebagai adik ipar dari Rakai Garung, yang pernah menjabat sebagai Raja Mataram Kuno.
Saat ditemukan, prasasti ini terdiri dari 2 kepingan, yang masing-masing diberi nama Gondosuli I (Dang pu Hwang Glis) dan Gandasuli II (Sanghyang Wintang). Bertuliskan tahun 792 Masehi serta ditulis dalam Aksara Kawi (Jawa Kuna) dan berbahasa Melayu Kuna.
Isi Prasasti Gondosuli disusun dalam lima baris, yang menceritakan tentang filsafat serta ungkapan kemerdekaan dan kejayaan masa Syailendra.
13. Prasasti Sankhara
Prasasti peninggalan kerajaan Mataram Kuno berikutnya bernama Sankhara, berasal dari abad ke-8 dan ditemukan di daerah Sragen, Jawa Tengah. Namun sayangnya, keadaannya sudah hilang dan hingga kini belum diketahui keberadaannya.
Maksud dari prasasti ini adalah menceritakan seorang penguasa bernama Raja Sankhara, yang memutuskan untuk pindah agama, karena agama yang dianutnya (Agama Siwa) sudah diketahui banyak orang kala itu.
Baca juga : 16 Prasasti Peninggalan Kerajaan Majapahit
Sehingga dia akhirnya menganut agama Budha, sebab di dalam prasasti dituliskan bahwa agama Budha merupakan agama yang Welas Asih. Di beberapa buku Sejarah Nasional Indonesia, menyebutkan bahwa raja Sankhara disamakan dengan Rakai Panangkaran.
14. Prasasti Ngadoman
Prasasti ini ditemukan di daerah Salatiga tepatnya di desa Ngadoman, dekat Salatiga, Jawa Tengah. Tidak banyak informasi yang didapat dari keberadaan prasasti ini, namun dianggap penting karena berperan sebagai perantara antara aksara Kawi dengan aksara Buda.
15. Prasasti Kayumwungan/Karang Tengah Prasasti Kayumwungan
Ditemukan di Dusun Karangtengah, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah dengan penemuan lima buah penggalan batu, oleh karena itu prasasti ini juga dikenal sebagai prasasti Karangtengah.
Ditulis dalam bahasa Sanskerta, prasasti ini bercerita mengenai Raja Samaratungga, serta anaknya yang bernama Pramodawardhani dalam membangun bangunan suci Jinalaya.
Sekaligus bangunan bernama Wenuwana (Sansekerta: Venuvana, yang berarti “hutan bambu”), yang kemudian digunakan untuk menempatkan abu jenazah ‘raja mega’ (sebutan untuk Dewa Indra).
Baca juga : 15 Prasasti Peninggalan Kerajaan Sriwijaya
Daftar Nama Raja Mataram Kuno
Ada banyak orang yang pernah menguasai Mataram Kuno. Catatan ini diambil dari Teori Slamet Muljana. Berikut daftarnya :
– Sanjaya, (merupakan pendiri Kerajaan Medang)
– Rakai Panangkaran, (awal berkuasanya Wangsa Syailendra)
– Rakai Panunggalan alias Dharanindra
– Rakai Warak alias Samaragrawira
– Rakai Garung alias Samaratungga
– Rakai Pikatan suami Pramodawardhani, (awal kebangkitan Wangsa Sanjaya)
– Rakai Kayuwangi alias Dyah Lokapala
– Rakai Watuhumalang
– Rakai Watukura Dyah Balitung
Mpu Daksa
– Rakai Layang Dyah Tulodong
-Rakai Sumba Dyah Wawa
– Mpu Sindok, awal periode Jawa Timur
– Sri Lokapala (merupaka suami dari Sri Isanatunggawijaya)
– Makuthawangsawardhana
Dharmawangsa Teguh, (berakhirnya Kerajaan Medang)
Penyebab Runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno
Menurut beberapa data yang saya temukan di Internet, setidaknya ada 3 poin penting mengenai runtuhnya kerajaan ini, antara lain adalah :
- Meletusnya gunung berapi yang menyebabkan penyemburan lahar ke berbagai candi, sehingga keberadaannya menjadi rusak saat itu, dan tidak bisa dipakai untuk keperluan kerajaan
- Krisis politik yang terjadi dalam kurun tahun 927-929 M
- Pemindahan lokasi kerajaan karena pertimbagan ekonomi. Kerajaan Mataram Kuno pindah ke daerah Jawa Tengah yang kurang subur, sedikitnya sungai yang besar dan tidak ada pelabuhan yang strategis.
________
Nah, itulah tadi sedikit informasi mengenai beberapa Prasasti Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno beserta gambar dan penjelasan, juga silsilah keluarga dan nama-nama raja Mataram Kuno. Semoga bermanfaat.
Selanjutnya :